' '

Rabu, 27 Mei 2015

Monumen Martha Tiahahu, Bukti Perjuangan Wanita Maluku

Patung Martha Tiahahu dengan gagahnya memegang tombak.


Monumen Martha Tiahahu menjadi bukti sejarah keberanian wanita maluku dalam membela tanah air tercinta. Traveler bisa melihat patungnya di Karang Panjang, tak jauh dari Kota Ambon.
Patung Martha Christina Tiahahu terletak di Karang Panjang, daerah bukit yang terlihat jelas dari Kota Ambon. Menuju Karang Panjang dari Kota Ambon melewati jalan menanjak dan beberapa tikungan tajam, baru tiba di lokasi Monumen Martha Christina Tiahahu yang bersebelahan dengan Kantor DPRD Maluku.
Dari lokasi Patung Martha Christina Tiahahu kita bisa melihat pemandangan Kota Ambon. Lokasi ini biasa dijadikan tempat alternatif untuk menikmati suasana santai, terutama para muda-mudi yang ingin menikmati pemandangan Kota Ambon.
Patung Christina ditampilkan membawa tombak. Namun dalam pertempuran melawan Belanda, legenda mengatakan bahwa dia melemparkan batu ke tentara Belanda ketika pasukannya kehabisan amunisi.
Karena keberanian besarnya dalam melawan senjata api Belanda hanya dengan batu, masyarakat Maluku menyebutnya seorang wanita kabaressi (berani). Namanya juga digunakan sebagai jalan di Karangpanjang.
Pada dasar monumen terdapat tulisan 'Martha C. Tijahahu, mutiara Nusa Laut (Pulau), Pahlawan Nasional RI, yang berjuang untuk mengusir penjajah Belanda dari Maluku, jatuh pada Januari 2, 1818.'
Mengunjungi monumen tokoh sejarah akan berkurang nilainya, jika kita tidak mencari tahu siapa gerangan tokoh bersejarah yang diabadikan dalam monumen tersebut termasuk saat berkunjung ke Monumen Martha Tiahahu.
Martha Christina Tiahahu lahir pada tahun 1800 di suatu desa bernama Abubu di Pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah. Martha kecil terkenal berkemauan keras dan pemberani. 
Ia selalu mengikuti ayahnya Paulus Tiahahu, termasuk ikut menghadiri rapat perencanaan perang. Paulus Tiahahu merupakan salah seorang pemimpin perjuangan rakyat Maluku melawan Belanda. Setelah dewasa, Martha Christina Tiahahu pun ikut bertempur.
Martha Christina Tiahahu dan ayahnya bersama Thomas Matulessy alias Kapitan Pattimura berhasil menggempur pasukan Belanda yang bercokol di Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah. Namun, dalam pertempuran sengit di Desa Ouw-Ullath sebelah Tenggara Pulau Saparua, para pejuang Maluku kalah akibat kekuatan yang tidak seimbang. Banyak pejuang yang tertangkap, termasuk Paulus Tiahahu yang dihukum mati.
Meski demikian, Martha Christina Tiahahu terus bergerilya bersama para pejuang hingga akhirnya tertangkap dan diasingkan ke Pulau Jawa. Menjadi tawanan tidak membuatnya melunak terhadap Belanda. 
Ia tetap bersikap keras dengan melakukan aksi mogok makan dan jatuh sakit. Martha Christina meninggal dunia di atas kapal perang Eversten milik Belanda dalam perjalanan ke tempat pengasingan di Jawa. Jasad beliau dimakamkan di Laut Banda dengan penghormatan militer pada 2 Januari 1818.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar